Selasa, 26 Maret 2013

alam sekitar kita

 halaman rumah ku (n_n)


 view pantai di pulau menjangan :)


 laut kita


perjalanan ke Pura Luhur Andakasa

MARI JAGA ALAM KITA UNTUK DAPAT DINIKMATI ANAK CUCU KITA

bali Green

apakah anda pernah melihat keindahan seperti ini disekitar anda?


mari jaga alam tetep asri, mulai dari lingkungan sekitar kita :) :)

pembagian DHF


WHO (1975) membagi DBD menjadi 4 :
1)        Derajat 1
Derajat satu bisanya ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari disertai dengan gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan yang dapat diuji tourniquet positif.
2)        Derajat 2
Derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
3)        Derajat 3
Derajat 2 ditambah dengan kegagalan sirkulasi ringan, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg), hipotensi (systole < 80 mmHg) disertai kulit yang dingin,lembab dan penderita menjadi gelisah.
4)        Derajat 4
Derajat 3 ditambah syok berat dengan nadi yang takteraba dan tekanan darah yang tak dapat diukur, dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianotik dan asidosis.
Derajat 1 dan 2 disebut DHF tanpa renjatan,sedang 3 dan 4 disebut DHF dengan renjatan atau DSS.

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > – 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

Derajat (WHO 1997):
a.       Derajat I    : Demam dengan test rumple leed positif.
b.      Derajat II  :  Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
c.       Derajat III :  Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
d.      Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

pemeriksaan diagnostik pada DHF


Pemeriksaan diagnostik:

Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
a.       Laboratorium
             Darah lengkap           
1)      Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Normal : pria à 40-48 %
2)      Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
3)      Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
4)      Asidosis
5)      Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia

b.      Uji tourniquet positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
c.       Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi karena adanya rembesen plasma.
d.      Urine : albuminuria ringan
e.       Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
f.       Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen (complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
g.      USG : hematomegali-splenomegali